Promosi Online Pertama

Promosi Online Pertama
PromotionCamp merupakan perusahaan promosi Online pertama di Indonesia.

Kamis, 04 November 2010

SOEHARTO & KEJAHATAN ORBA: DISKUSI TIGA BUKU





Waktu




08 November · 16:00 - 18:00

TempatGaleri Cemara 6
Jln. HOS Cokroaminoto No. 9-11 Menteng Jakarta Pusat
Jakarta, Indonesia

Dibuat oleh:

Info Selengkapnya
Soeharto kembali jadi kontroversi. Menjelang peringatan Hari Pahlawan, 10 November, nama Soeharto lolos seleksi Departemen Sosial sebagai calon Pahlawan Nasional. Tak kepalang tanggung sejumlah partai besar mulai Golkar sampai PKS dan sejumlah organisasi kemasyarakatan menyokongnya jadi pahlawan, tetapi ada juga yang serombongan anggota masyarakat yangh keras menolak dengan alasan kejahatannya yang luarbiasa dan menjadi biang keladi dari keterpurukan Indonesia yang tak berkesudahan sampai hari ini. Siapakah Soeharto sesungguhnya, apa dosa-dosanya dan apa pahala-pahalanya? Semua akan dibahas dalam diskusi:

SOEHARTO & KEJAHATAN ORBA: DISKUSI TIGA BUKU (Soeharto & Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975–1983; Soeharto di Bawah Militerisme Jepang karya David Jenkins dan Kamus Kejahatan Orba karya Harsutedjo).

Pembahas:
Mochtar Pabottingi
Harsutejo
JJ Rizal

Mochtar Pabottingi adalah peneliti senior Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia diharapkan akan memberikan ulasan politik yang tajam dengan kacamata seorang cendekiawan yang kritis. Harsutejo, penulis buku Kamus Kejahatan Orba (Komunitas Bambu: 2010) sekaligus penerjemah dua buku David Jenkins yang juga didiskusikan hari ini, yaitu Soeharto & Barisan Jenderal Orba. Rezim Militer Indonesia 1975–1983 dan Soeharto di Bawah Militerisme Jepang, lantas JJ Rizal adalah seorang sejarawan muda.

Diskusi ini tentu akan mengarah pada memperdebatkan mengenai layak-tidaknya Soeharto memperoleh gelar Pahlawan Nasional, seraya dapat menyumbang pikiran bagi Dewan Gelar Pahlawan dan akhirnya Presiden RI untuk melihat lebih jernih kepantasan Soeharto disebut Pahlawan Nasional, tetapi tujuannya bukan itu saja. Diskusi mengharapkan untuk melihat warisan Orde Baru, mencari cara menyikapinya dan kemungkinan-kemungkinan menarik pelajaran dari masa lalu untuk masa depan Indonesia.

Harsutejo sebagai mantan pengurus Himpunan Sarjana Indonesia Cabang Malang (HSI adalah salahsatu organisasi massa PKI seperti halnya Pemuda Rakyat atau Lekra) jelas merupakan fakta menarik karena ia adalah korban langsung rezim Orba—dan itu menjawab mengapa Harsutejo menulis Kamus Kejahatan Orba. Sedangkan Mochtar Pabottingi sebagai akademisi-peneliti politik diharapkan akan membawa diskusi ini menjadi sebuah acara yang cerdas, mendudukkan perkara dengan jernih dan mengajak peserta diskusi tidak larut dalam emosi dangkal yang tidak memberi sumbangsih apa-apa terhadap bangsa ini. Lantas dari JJ Rizal yang kebetulan adalah seorang sejarawan diharapkan bukan saja dapat membangun refleksi atas sejarah kontroversi Soeharto dan kekuasaan Orde Baru yang dibangunnya, tetapi juga menyelami suasana jiwa generasi baru menghadapi kenyataan-kenyataan pahit dari masa lalu Soeharto.


TENTANG TIGA BUKU

Soeharto & Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975–1983, Komunitas Bambu, Cet. 2, November 2010.

Buku ini adalah karya David Jenkins yang kontroversial sehingga membuatnya masuk daftar hitam dan baru boleh memasuki Indonesia pada 1994, 10 tahun setelah buku itu terbit. Buku karya Jenkins ini begitu rinci mengupas sepak terjang dan kepiawaian Soeharto sebagai dalang jenderal-jenderalnya yang sangat setia dan mendominasi kelompok elite Orde Baru. Dikisahkan bagaimana Soeharto memainkan mereka dalam perang melawan barisan jenderal sakit hati yang menentang kekuasaan Orde Baru, entah karena tak kebagian jatah “kue kekuasaan” atau dianggap tidak sejalan. Termasuk perang terhadap kelompok Islam politik yang dianggap Soeharto sebagai musuh bersama.

Jenkins yang tulisannya pada 1986 menggemparkan karena membuka borok Soeharto dan bisnis keluarganya, mengerahkan segudang data dan menyajikan beragam wawancara, bahkan dengan para jenderal yang berada di lingkar dalam Soeharto maupun yang tergolong pembangkang. Berbagai data akurat termasuk yang top secret berhasil ia peroleh berkat kepiawaiannya sebagai sarjana dan wartawan kawakan. Hasilnya uraian sejarah yang secara gamblang menggambarkan kekuasaan rezim militer yang penuh intrik, rekayasa dan tipu daya.

Wartawan Australia ini membangun bukunya melalui wawancara intensif bukan saja dengan semua jenderal lingkar dalam dan lingkar luar Soeharto, namun juga para jenderal Fosko TNI yang berseberangan dengan Soeharto. Hasilnya adalah sebuah buku yang sarat data, bukan hanya kaya pustaka, namun juga kaya sumber lisan dari para tokoh kunci—tak heran jika buku ini dilarang terbit. Buku yang menurut Peter Carey merupakan perpaduan terbaik antara analisis sejarah dan politik militer ini masih sangat layak bertahan sebagai karya kunci mengenai Orba.

Soeharto di Bawah Militerisme Jepang Komunitas Bambu, Cet. 1, November 2010.

Buku ini adalah karya lanjutan dari Jenkins tentang Soeharto. Kajian baru ini menguak tabir yang menyelimuti karier militer Soeharto selama masa pendudukan Jepang, memperjelas gambaran kesatuan yang membantu pembentukan sosok yang kelak menjadi Presiden Indonesia kedua itu. Pada 1942, setelah putus asa karena menganggur dan menutup-nutupi kenyataan bahwa dirinya adalah mantan anggota KNIL (Koninklijke Nederlandsch-Indisch Leger), Soeharto bergabung dalam kesatuan kepolisian di bawah Jepang. Selama 12 bulan (bukan enam bulan sebagaimana dalam biografinya) bertugas sebagai pembantu kepercayaan kepala polisi Jepang di Yogyakarta, ia setiap hari mengamati perilaku arogan dan brutal para polisi Jepang. Memukul dan menyiksa adalah rutinitas sehari-hari para polisi Jepang itu.

Kemudian Soeharto bergabung dalam Peta, tentara pertahanan sukarela Jawa. Ketika itu Jawa berada dalam cengekaraman kekejaman militerisme Jepang, dikuasai Tentara ke-16 AD yang mengeksploitasi pulau itu tanpa ampun, yang menuntut korban nyawa dan kesengsaraan rakyat yang begitu mengerikan. Soeharto muda yang begitu dipercaya karena ketekunan, kecerdasan, kecakapan, kepatuhan dan ketenangannya, mendapatkan tugas-tugas yang sangat sensitif.

David Jenkins, peneliti yang kritis dan ambisius terhadap masa awal kehidupan Soeharto, menyelidiki adanya sikap oportunis yang menggerakkan Soeharto selama tahun-tahun itu. Jenkins mengamati sejauh mana Soeharto dibentuk oleh praktik militer Jepang yang seringkali kejam. Jenkins juga menunjukkan begitu banyaknya pelatihan militer yang dialami Soeharto, baik pada masa kolonialisme Belanda maupun ketika pendudukan Jepang, telah membentuk jalan bagi keberhasilan karir militernya.

Kamus Kejahatan Orba, Komunitas Bambu, Cet. 1, Oktober 2010.

Sebuah buku yang membeberkan sederetan dosa kejahatan super hebat rezim Orde Baru dengan sangat rinci dan lengkap serta terus lestari bahkan sampai kepergian Soeharto, penulis membawa setiap pembaca pada suatu persimpangan. Pertama, pembaca melihat jalan gelap hari depan Indonesia sebab tak mungkin lagi dapat menangani kejahatan warisan Orde Baru Soeharto. Kedua, pembaca justru menjadi tahu duduk perkara dan akar-akar kejahatan Orde Baru, seraya dapat mencarikan obat penyembuhnya serta dengan begitu memiliki optimisme hari depan Indonesia yang lebih cerah.

Tentu saja penulisnya mengharapkan buku ini untuk tujuan kedua. Baginya jalan mencari dan mencapai suasana cerah masa depan Indonesia adalah dengan memasuki sejarah. Sebab kejahatan Orde Baru Soeharto dibangun dengan kebohongan dan penggelapan sejarah yang dicekokkan secara refresif. Dalam konteks ini melawan warisan kejahatan Orde Baru adalah perjuangan melawan akrobat bahasa dan logika tanpa nalar serta melawan amnesia sejarah yang dibikin secara sengaja. Dan celakanya dipelihara terus sampai sekarang. Sungguh, melawan represi adalah melawan lupa.

Pembelian ketiga buku melalui pemesanan sebelum acara maupun saat acara mendapat diskon 25%, info lebih lanjut kontak 021 77206987 atau 081385430505 dengan Tientje atau lihat ke http://komunitasbambu.com/regular/index.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar