Menghayati Kembali Arti “At Home”

Judul Buku      :
At Home di Rumah Bersama Yuni Jie

Penulis             : Yuni Jie

Penerbit           :
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Cetakan           : Juni 2007

Tebal               : 168 halaman

Harga              : Rp. 165.000,-

           

Apakah ada bedanya house dengan home? Memang home dan house artinya sama-sama rumah, tapi berbeda dalam pemaknaannya. House hanya dalam bentuk fisik bangunannya, sedangkan home lebih kepada suasana kejiwaan dan atmosfer yang terbangun di dalamnya, sehingga home dapat dimaknakan sebagai suatu tempat yang menawarkan rasa nyaman dan betah.

Sebuah buku mengusung tema “at home.” Apakah “at home” dalam buku itu dalam arti sebenarnya? Untuk itu, simaklah buku berjudul “At Home di Rumah Bersama Yuni Jie” karya Yuni Jie yang menampilkan desain-desain interior karyanya, bahwasannya yang membuat betah hingga merasa “at home” di rumah adalah suasana yang tercipta dengan tatanan interior yang baik.

Buku ini terdiri dari delapan bab, yaitu loyer & hailways, living room, dining room, bedroom, bathroom & walk in closet, study, kitchen hingga outdoor patio, dengan dihiasi foto-foto interior yang gaya dan smart, dan dalam dua bahasa. Dalam buku setebal 168 halaman itu menunjukkan pada kita bahwa rumah yang ideal ternyata dapat diwujudkan tanpa harus terlihat berlebihan, betapa hal kecil yang mendetail terkadang malah justru menjadi terpenting dalam hal menata isi rumah. Berbagai hal seperti, bagaimana warna dapat mempengaruhi suasana hati atau bagaimana permainan cahaya dapat memberi nuansa tersendiri. 

Membaca buku ini, kita seperti diajak menghayati kembali arti “at home.” “At home” yang tentu saja versi Yuni Jie. Sebuah alternative penataan interior yang penuh gaya, smart, dan inspiratif. Pengalaman berbagai proyek interior, baik interior kantor, rumah, restoran, maupun apartemen, penulis yang meyandang gelar Bachelor of Fine Arts (cum laude) dari Cornish College of the Arts, Seattle, Amerika Serikat (AS), tentu tak bisa diragukan dalam penataan interior. Tapi minimnya kata-kata, sehingga foto-foto interiornya yang harus lebih banyak bicara kepada para pembacanya.   

(Indonesia Design, Vol.4 – No.22 – 2007)